Minggu, 30 November 2008

MENARA SIGER


SEBUAH ikon Lampung ditancapkan di segunduk bukit di salah satu sisi ujung Pulau Sumatera, Bakauheni. Menara Siger. Dari tempat ini, kawasan dengan sohor nama pelabuhan akan disulap menjadi kawasan pariwisata utama di Lampung.

-----------

Semilir angin laut di pergantian musim kering dan musim hujan menghadirkan dingin yang cukup ekstrem. Pada saat tertentu, terik dan panas mengambang memanggang tubuh. Tetapi, sesaat kemudian, bisa jadi teduh mega memayungi wilayah Bakauheni dan mengundang hujan yang menyulut ceracap cuaca beku ke tulang. Bakauheni di masa pancaroba memang demikian.

Kapal feri yang mengantar penumpang dari Merak, Banten, menuju Bakauheni yang hendak sandar, menarik perhatian ratusan pasang mata yang berada di atas kapal. Maklumlah, setiap kapal hendak sampai pulau tujuan, selalu ada rasa penasaran tentang bagaimana wajah daratan yang akan diinjaknya beberapa saat kemudian.

Pandangan seluruh penumpang tertuju kepada seunit bangunan menjulang warna kuning bertanduk sembilan di atas bukit. Kemegahan terlihat karena bangunan itu seperti memahkotai seunit bukit yang mengerucut di tengah belukar dan latar bukit-bukit lain. Ada beberapa menara telekomunikasi, tugu pintu gerbang, dan baliho-baliho iklan produk perusahaan, tetapi menara itu mendominasi pemandangan.

Itulah Menara Siger. Suatu bangunan megah, tinggi, dan berbentuk mahkota wanita pakaian adat Lampung yang agung. Dirancang sebagai menara pandang di atas bangunan-bangunan serba guna dan sekat-sekat khusus untuk berbagai keperluan acara, terutama yang bernuansa budaya Lampung.

Kebesaran Lampung memang tidak sesempit bangunan Kompleks Menara Siger yang hanya berada di atas bukit. Namun, dalam kompleks itu sedapat mungkin berupaya mengakomodasi berbagai keperluan budaya dan rekreasi warga Lampung. Selain bangunan utama yang luas, selasar dan halaman dengan berbagai pondok untuk berbagai fungsi juga didirikan. Tangga beton yang tinggi dan lebar tampak terlihat dari arah laut menatah kemiringan bukit. Juga bangunan-bangunan pendukung lain yang dipandu taman hijau dan halaman ber-paving block membuat kemegahan kompleks bangunan itu terlihat bersih berlatar lebar.

Masih dari atas kapal feri, pandangan terlempar tidak hanya ke Menara Siger. Di belakang menara itu, jalur jalan yang berkelok mendaki bukit-bukit ke arah bandar Lampung juga tampak jelas. Kendaraan berbagai jenis seperti semut mengantre menunggu giliran menuju tempat tujuan. Jika malam hari, sinar lampu-lampu kendaraan itu seperti barisan kunang-kunang menembus kegelapan malam. Sementara itu, rimbunan berbagai pohon menghijaukan pandangan sekitarnya.

Mengalihkan pandangan ke sisi lain, pulau-pulau di seputar Bakauheni memang memiliki pesona cukup menarik hati. Di sebelah kanan, kecipak nelayan pancing dengan perahu katir dan dayung tawaduk menunggu umpan disambar rezeki laut. Gelombang yang relatif bersahabat membuat pantai di pulau-pulau itu terlihat utuh berpagar pohon-pohon bakau yang merimbun. Mungkin, para pemimpin provinsi ini membayangkan para turis bermain pasir dan berjemur di pantai ini sehingga merencanakan kawasan ini sebagai pusat pariwisata Lampung.

Impian itu tidak berlebihan. Sebagai daerah penyangga Ibu Kota Jakarta yang bisa dicapai dengan feri dalam 2--3 jam, wilayah ini menjadi alternatif tempat rekreasi yang mengundang daya tarik wisatawan Jakarta. Terlebih dengan Jakarta yang makin melebar dalam arti keramaian dan kepadatannya yang terus merangsek Banten dan mentok di Merak. Tidak heran jika kemudian Merak atau Cilegon menjadi bagian dari Jakarta dari sisi sosial budaya.

Beberapa pulau di seputar Bakauheni adalah pesona yang belum dipoles dengan kilau fasilitas yang bisa memanjakan pengunjung. Tak salah jika pemerintah provinsi akan berkata "welcome" kepada investor untuk membangun resor, hotel, atau tempat-tempat wisata yang aduhai di tempat ini.

Pelayaran Selat Sunda yang sibuk bukanlah halangan, tetapi justru bisa menjadi daya tarik tersendiri yang menghadirkan suasana aman pengunjung. Lalu-lalang kapal-kapal itu adalah jaminan keselamatan.

Menara Siger adalah sebuah monumen awal untuk tujuan kawasan wisata masa depan. Bangunan yang memiliki panjang 50 meter dan tinggi 30 meter itu akan menjadi daya tarik investasi, jika dikaitkan dengan rencana pembangunan jembatan Selat Sunda (JSS) dengan pemancangan pipa gelagar pada Januari 2009, seperti yang dinyatakan Gubernur Sjachroedin Z.P. saat ia meresmikan menara itu beberapa waktu lalu.

Mengalihkan posisi diri dari lokasi Menara Siger, pemandangan menjadi sedikit berbeda. Ada laut yang spektakuler dan pulau-pulau kecil bertebar di hamparan samudera yang membiru.

Tidak perlu heran, Menara Siger yang dibangun di atas tanah milik PT ASDP Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selaan itu, akan menjadi sentra pariwisata di pintu Gerbang Pulau Sumatera pada masa datang. Pada ketinggian 300 meter di barat Pelabuhan Bakauheni, Menara Siger adalah tempat yang paling dianjurkan bagi pengguna jalan lintas Sumatera (jalinsum) yang melintasi Pelabuhan Bakauheni, untuk menikmati panorama alam.

Dari tempat itu, mata menatap kearah timur, disuguhi keindahan Anak Gunung Krakatau tertimpa biasan sinar matahari saat menjelang sore. Ke arah barat terlihat lalu lalang kapal feri tujuan Bakauheni--Merak. Dan di selatan mata memandang pasar tradisional dan perkampungan.

Di puncak bukit ini adalah tempat yang paling strategis untuk melihat sekeliling kawasan Bakauheni. Memang, pemandangan utama yang langsung memaksa mata memandangnya adalah keangkuhan bangunan dan beton-beton dermaga Pelabuhan Bakauheni. Namun, jika dinikmati dengan saksama, aktivitas pelabuhan kapal antarpulau tersibuk di Indonesia itu juga menghadirkan keunikan sosial yang memberi inspirasi dan kedalaman makna budaya. Juga, sebuah materi tamasya sosial yang memberi citra kinerja dan dinamika yang amat cepat.

Di lepas penglihatan, sejauh mata memandang kedepan, barisan puluhan kepulauan terapung indah, dengan diwarnai seliweran kapal feri tujuan Bakauheni--Merak, Banten. Lekuk kurvanya yang sambung-menyambung, bagaikan spektrum, tidak melelahkan mata untuk memandang ke timur. Di sana tampak Anak Gunung Krakatau yang galak tampak lembut dibelai sinar matahari, yang dipadu hijau kebiruan hamparan lautan luas.

Menara Siger adalah sebuah ikon Lampung yang terletak di puncak bukit yang sejuk, yang berada tidak jauh dari pelabuhan penyeberangan Bakauheni, Lamsel--Merak, Banten yang tidak penah tidur. Di kaki bukit sana, terbentang jalan lintas sumatera (jalinsum) yang tembus ke Aceh dan jalan lintas pantai timur (jalinpatim).

Walau sekarang masih sepi dari kunjungan wisatawan, Menara Siger yang diresmikan mantan Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P., 1 Mei lalu itu, dapat menjadi daya tarik investasi. Terlebih, saat peresmiannya menghadirkan 30 duta besar negara sahabat. Daya tarik investasi untuk menciptakan tambang emas pada pendapatan asli daerah (PAD) itu makin nyata.

Jika dikaitkan dengan rencana pembangunan jembataan Selat Sunda (JSS) maka diharapkan akan dapat menyerap Rp200 miliaran pada masa mendatang.

Dari titik nol Pintu Gerbang Pulau Sumatera inilah, mata menaklukkan seluruh penjuru, menaklukan seluruh aktivitas pelabuhan bakauheni yang penuh kesibukan. "Hati siapa yang tidak tertarik untuk menikmati keindahan laut, Anak Gunung Krakatau, dan lalu lalang kapal feri dari menara ini?" kata Taufik, pemuda yang sengaja datang dari Pringsewu, Tanggamus. Di antara kesejukan pemandangan dari bukit Menara Siger, dia bergumam, "Belum lengkap datang ke Lampung Selatan kalau belum singgah ke Menara Siger."

MAKRAB

Pada tanggal 29-30 November 2008, IKAMALA mengadakan kegiatan makrab di Vila Al-Irsyad Tawang Mangu. Kegiatan yang digawangi oleh Heru (mahasiswa FH UMS) ini dimulai pada hari Sabtu pukul 09.00 WIB dari Universitas Sebelas Maret Surakarta. 25 Mahasiswa asal Lampung yang mengikuti acara ini tampak antusias mengikuti satu demi satu acara yang diadakan oleh panitia. Tiga orang mahasiswa yang di mintai keterangan oleh panitia mengaku puas karena ini yang pertama diadakan dan kekeluargaan antar mahasiswa Lampung benar-benar terasa. Para peserta berharap acara semacam bisa dilakukan berkala sehingga semua mahasiswa Lampung bisa kenal dan lebih akrab lagi.

Pada malam hari, panitia mengadakan api unggun keakraban dan sharing. Pada sesi api unggun itu, panitia diharu biru dengan renungan yang disampaikan oleh Fajri (Mahasiswa Fisioterapi UMS). "Awalnya ketawa tapi akhirnya nangis," kata salah seorang peserta putri.

Pada sesi sharing lanjutan, Tanjung (mahasiswa UMS) menanyakan tentang kemana IKAMALA kedepan akan dibawa. Ia menyesalkan ketidakjelasan arah perjuangan IKAMALA selama ini.
Pertanyaan Tanjung itu di jawab oleh bendahara umum IKAMALA bahwa kedepan -berdasarkan kesepakatan sebelumnya-IKAMALA akan ditekankan pada bidang pendidikan. Mahasiswa yang tegabung dalam IKAMALA akan digabungkan berdasarkan jurusannya masing-masing kemudian mengadakan kajian ilmiah sesuai dengan bidangnya. "Harapannya, kedepan masing-masing kelompok dapat mengikuti karya ilmiah tingkat nasional," papar Anna.

Semoga IKAMALA semakin eksis dengan program-programnya.

Minggu, 23 November 2008

BANJIR

BANDAR LAMPUNG (Ant/Lampost): Banjir dan longsor semakin sering terjadi di berbagai wilayah Lampung saat hujan lebat. Pemerintah daerah dan semua pihak terkait harus mengoptimalkan perlindungan terhadap sisa hutan lindung yang ada.

Beberapa warga di Lampung menyatakan harapannya agar upaya perlindungan terhadap lingkungan, terutama mempertahankan sisa hutan lindung, dilakukan secara optimal oleh pemerintah daerah dan semua pihak terkait.

"Hutan yang masih tersisa perlu mendapatkan perlindungan optimal," kata Regar, warga Lampung.

Banjir sering terjadi setiap hujan lebat turun, baik di Bandar Lampung maupun sejumlah daerah lainnya. Banjir sesaat kerap terjadi akibat sistem drainase masih terbatas, daerah terbuka hijau mulai berkurang, dan terjadi kerusakan lingkungan, terutama hutan bakau yang mulai musnah.

Di daerah lainnya, banjir dilaporkan telah terjadi pada awal November lalu di Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, dan Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, yang mengakibatkan ratusan rumah dan fasilitas umum rusak.

Data dari Pemrov Lampung menyebutkan kerusakan hutan Lampung sudah parah dan mencapai lebih dari 80 persen untuk kawasan hutan lindung, lebih dari 67 persen untuk kawasan hutan produksi terbatas, dan lebih dari 76 persen untuk kawasan hutan produksi tetap.

Perambahan hutan dan pembalakan liar merupakan penyebab utama kerusakan hutan lindung di Lampung, termasuk kawasan hutan lindung Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Lampung memang salah satu penghasil utama kopi di Indonesia dan produksi kopinya telah diekspor ke mancanegara. World Wildlife Fund (WWF)-Indonesia memperkirakan sekitar 17 persen atau 60 ribu hektare areal Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) telah dikonversi menjadi lahan pertanian, yang sebagian besar untuk perkebunan kopi.

Kegiatan pertambangan juga terdapat di hutan lindung dan PT Natarang Mining (MN) telah mendapatkan izin prinsip pertambangan di kawasan hutan lindung yang masuk wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus, dan Lampung Barat.

Jumat, 21 November 2008

WISATA KULINER DI SOLO

Buat temen-temen Lampung yang baru pasti belum tahu beberapa tempat nongkrong di solo kan?
Solo merupakan kota budaya yang banyak dikunjungi wisatawan. Pada tahun 2008 ini Solo menjadi tempat penyelenggaraan Word heritage cities yang diikuti puluhan negara. Tidak hanya batik saja yang terkenal di sini, tapi Solo juga terkenal dengan makanannya yang beraneka ragam dan murah. Ngomongin soal makanan ini, Solo memiliki satu tempat wisata kuliner khusus bagi para pelancong yang penasaran dengan makanan solo. Tempat itu diberinama Langen Bogan Solo. Ingin tahu seperti apa? Yuk kita liat.

Banyak yang bilang, orang Solo itu terkenal keplek ilat alias suka makan enak dan kritis terhadap rasa makanan. Maka tak heran, banyak jajanan enak yang ada di Solo, jangan terlalu pusing dengan harganya, karena kebanyakan jajanan di Solo murah dan terjangkau. Warung-warung kaki lima yang terlihat biasa sekalipun bisa mempunyai nama yang cukup melegenda dan selalu dikangeni oleh pelanggannya, bahkan hingga beberapa generasi. Misalnya seperti, Gudeg Ceker Margoyudan, Tengkleng Pasar Klewer, Sate Kéré Yu Rebi, Bakmi Toprak Yu Nani, Warung Bakmi Pak Dul, Bestik Harjo, dan masih banyak lagi.

Menariknya, saat ini tambah satu lagi pusat jajanan di Solo, namanya Langen Bogan. Letaknya persis di sebelah timur bundaran Gladag. Tempat itu sebenarnya adalah jalan umum, tapi pada malam hari jalan tersebut sepi pelintas. Dan sekarang jalan itu justru bisa disulap menjadi salah satu tempat keramaian baru oleh Pemkot Solo. Konsepnya memang meniru Kya Kya di Surabaya dan Warung Semawis di Semarang, yang menutup jalan umum di malam hari, dan mengubahnya menjadi tempat wisata kuliner.
Warung-warung legendaris yang disebutkan di atas tadi juga membukan cabangnya di Langen Bogan. Tapi tak hanya itu, jenis makanan lain yang bukan khas Solo pun tersedia di sini, seperti kebab, steak, nasi kabuli, dan seafood. Menu minuman yang ditawarkan juga beragam, misalnya dawet Pasar Gede, gempol pleret, wedang dongo, wedang jahe, kopi, dan lainnya. Jadi, tempat ini bisa disebut sebagai one stop ‘culinary’ service alias tempat pelayanan keplek ilat di satu tempat, hehe. Langen Bogan beroperasi mulai dari pukul 5 sore hingga sekitar pukul 12 malam.

Ditengah jalan ditata kursi-kursi beratapkan payung, jumlahnya masih belum mencukupi, sehingga saat sedang ramai, seperti pada akhir minggu, banyak pengunjung yang tidak kebagian kursi. Tapi tak perlu resah, karena beberapa pedagang juga menyediakan tikar bagi pelanggannya untuk lesehan.

Disperindag Kota Solo sudah menyediakan gerobak stainless steel bagi semua pedagang. Setiap pedagang juga sudah mendapatkan aliran air bersih, jadi pengunjung tidak perlu takut dengan kebersihannya.

Menurut Walikota Solo, yang akrab disapa Jokowi, selain Langen Bogan, tahun ini juga akan dibangun kawasan wisata kuliner baru di sepanjang Jalan Diponegoro di depan Pura Mangkunegaran. Bedanya, wisata kuliner di Jalan Diponegoro lebih diperuntukkan bagi pedagang-pedagang pemula yang baru akan memulai usahanya.

Ingin tahu lebih jauh? Ga perlu malu-malu dateng aja langsung... Bisa buat crita di Lampung lho...

KIAT-KIAT MEMPERERAT HUBUNGAN SILATURRAHIM


1.Mendahulukan sanak famili yang terdekat dalam segala kebaikan, terutama orang tua. Orang tua adalah kerabat terdekat yang mempunyai jasa tidak terhingga dan kasih saying yang besar sehinga seorang anak wajib mencinti, menghormati, dan berbuat baik kepada kedua orang tuanya walaupun keduanya musyrik. Kedua orang tuanya berhak mendapat perlakuan baik di dunia namun bukan mengikuti kemusyrikannya. Apabila mereka fakir, maka kewajiban kitalah yang yang membantunya pertama kalli kemudian saudara – saudara kita seperti paman dan bibi baru setelah itu orang lain yang seiman.

2. Mengingat kebaikan sanak family kita, boleh jadi tanpanya kita mungkin kita tidak akan berarti.

3. Menghafal nasab dan seluruh nama – nama saudara kita, dari mulai kakek dan nenek keatas sampai kepada keturunan – keturunan mereka. Untuk hal ini sebaiknya kita membuat diagram silsilah keluarga agar dapat diingan oleh generasi berikutnya supaya mereka tetap melanjutkan tali silaturrahmi setelah kita tiada.

4. Jangan menyakiti, menzalimi dan berbuat buruk kepada sanak family kita. Sebaiknya kitalah yang menjadi solusi untuk memecahkan segala permasalahan mereka.

Orang – orang yang menjaga silahturrahim dijanjikan mendapat keluasan rizki dan diberkahi umurnya. Rasulullah bersabda,

“Barang siapa yang senang diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya ( diberkahi), maka hendaknya ia bersilahturrahim.” (Riwayat Al Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, jangan sampai terjadi ikatan pernikahan yang mulia membubarkan kekerabatan kita. (Anna)

Bukan Ukuran


Suatu hari seorang guru merekomendasikan kepada muridnya untuk berguru kepada seorang guru ternama. Setelah menempuh perjalanan jauh akhirnya rumah sang guru baru itu pun diketemukan. Dengan rasa tidak percaya sang murid melihat rumah guru itu begitu mewah seperti istana. Sang guru pun keluar dengan pakaian yang mewah. Dengan informasi yang didapatkan dari para tetangga, benar itu adalah guru baru yang dimaksud oleh gurunya.

Setelah keperluan selesai, si murid pun pulang. Sebelum pulang sang guru ini menitip pesan pada guru pertama simurid itu “ tolong sampaikan salam saya kembali kepada gurumu. Aku berpesan agar dia tidak selalu sibuk dengan urusan dunia”. Setelah sampai padepokan, pesen itu pun disampaikan pada gurunya. Gurunya itupun menangis dan membenarkan ucapan guru yang berlimpah harta itu.

Sang guru kemudian menjelaskan bahwa memang guru baru itu kaya raya, namun kekayaannya tidak menganggu zikirnya kepada Allah, tidak sombong dan dia tidak meresa terhina jika hartanya itu diambil Allah sewaktu-waktu. Sementara saya, sekalipun tidak memiliki harta melimpah, namun masih suka memikirkan harta. Bisa jadi saya, kata sang guru, lebih sibuk memikirkan harta dari pada sang guru yang kaya raya itu.

Jadi saudaraku, kaya dan miskin telah menjadi sunatullah. Bukan masalah kaya atau miskin ukuran mulianya manusia dihadapan Allah, namun pada sisi mana manusia itu memandang akan dunia. Banyak orang kaya yang masuk surga karena kekayaanya dan banyak pula orang yang miskin justru menjadi kufur. Setidaknya ada dua pilihan dalam hidup ini, menjadi orang miskin yang sabar atau orang kaya yang bersukur. (Sunari )

Kamis, 20 November 2008

LAMPUNG NEWS I


BANDAR SRIBHAWONO--Ingar-bingar sekitar seribu pasang mata di lapangan basket SMAN 1 Bandar Sribhawono itu lerap ketika Willibrordus Surendra Broto Rendra (W.S. Rendra) berdiri di panggung, mengucap salam dengan suku kata terpenggal-penggal. Ekspresinya dingin, tatap matanya nanar membidik, suaranya datar. Sedikit berkomentar, Si Burung Merak ini berpamit membacakan sajaknya.

"Kangen/Kau tak akan mengerti, bagaimana kesepianku/Menghadapi kemerdekaan tanpa cinta/Kau tak akan mengerti, segala lukaku/

Karena cinta telah sembunyikan pisaunya/Membayangkan wajahmu, adalah siksa/....."

Puisi pertama yang dibaca penyair kelahiran 9 November 1935 ini diawali dengan intonasi amat rendah, bahkan suara parau tanpa ekspresi. Naik setengah beat pada kalimat kedua, lalu meledak di awal bait kedua.

Aplaus yang membahana langit bukan menambah semangat penyair gaek ini. Justru, ia mengawali ekspresi dinginnya ketika memulai bait ketiga. Ia mengakhiri sajak itu dengan ekspresi seperti dendam yang berkecamuk. Kembali, keheningan meledak menjadi tepuk tangan berkepanjangan.

Penyair Indonesia ternama ini memang tidak seperti lagaknya 20 tahun lalu. Ia terlihat sangat berhitung dengan energi yang harus dikeluarkan untuk fokus pada bait dan kata yang menjadi tema utama syair yang dibacanya.

Tidak seperti yang dijanjikan ketika menerima Lampung Post malam sebelumnya, ia tidak membacakan puisi terbarunya yang bertema ketatanegaraan. Tampaknya, Rendra terpancing pembaca sambutan Bupati Lampung Timur yang membacakan sajak Kangen pada akhir sambutannya.

Gelaran Gebyar Sastra SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono ini memang istimewa. Mengomentari event ini, W.S. Rendra mengaku surprise. "Di pedalaman Lampung yang jauh dari hiruk-pikuk ini, saya tidak menyangka apresiasi sastranya demikian kuat. Ini adalah indikator bahwa sastra bisa menjadi medium untuk membangun peradaban."

Panitia memang terkesan membangun suasana penasaran dalam mengemas acara ini. Rendra sebagai tokoh sentral dan menjadi jualannya dipasang keluar masuk panggung. Namun, aksi pendiri Bengkel Teater Rendra ini baru tersuguh pada sekitar pukul 14.30. Padahal, acara dibuka dengan berbagai pertunjukan sejak pukul 09.30.

Acara utama dalam gelaran itu adalah seminar sastra yang menampilkan Rendra dan Ahmadun Yosi Herfanda dengan moderator Iswadi Pratama. Namun, Rendra yang terlihat lelah memilih hanya membaca puisi setelah terlalu banyak menjawab pertanyaan wartawan dan guru-guru bahasa yang terus memburu.

Dalam paparannya, Ahmadun yang juga redaktur sastra harian Republika mengatakan pengajaran sastra di sekolah sampai kini belum bisa berjalan maksimal. Indikator utama yang memperkuat sinyalemen itu adalah masih rendahnya apresiasi dan minat baca itu terjadi pada siswa lulusan SMA.

"Pengetahuan sastra mereka, meskipun aspek ini lebih mendapat perhatian dibanding dengan aspek apresiasi umumnya yang masih sempit, tidak seluas pengetahuan mereka tentang dunia selebriti. Umumnya mereka lebih mengenal Britney Spears atau Westlife daripada Abdul Hadi W.M. dari negeri sendiri," kata Ahmadun.