Jumat, 21 November 2008

Bukan Ukuran


Suatu hari seorang guru merekomendasikan kepada muridnya untuk berguru kepada seorang guru ternama. Setelah menempuh perjalanan jauh akhirnya rumah sang guru baru itu pun diketemukan. Dengan rasa tidak percaya sang murid melihat rumah guru itu begitu mewah seperti istana. Sang guru pun keluar dengan pakaian yang mewah. Dengan informasi yang didapatkan dari para tetangga, benar itu adalah guru baru yang dimaksud oleh gurunya.

Setelah keperluan selesai, si murid pun pulang. Sebelum pulang sang guru ini menitip pesan pada guru pertama simurid itu “ tolong sampaikan salam saya kembali kepada gurumu. Aku berpesan agar dia tidak selalu sibuk dengan urusan dunia”. Setelah sampai padepokan, pesen itu pun disampaikan pada gurunya. Gurunya itupun menangis dan membenarkan ucapan guru yang berlimpah harta itu.

Sang guru kemudian menjelaskan bahwa memang guru baru itu kaya raya, namun kekayaannya tidak menganggu zikirnya kepada Allah, tidak sombong dan dia tidak meresa terhina jika hartanya itu diambil Allah sewaktu-waktu. Sementara saya, sekalipun tidak memiliki harta melimpah, namun masih suka memikirkan harta. Bisa jadi saya, kata sang guru, lebih sibuk memikirkan harta dari pada sang guru yang kaya raya itu.

Jadi saudaraku, kaya dan miskin telah menjadi sunatullah. Bukan masalah kaya atau miskin ukuran mulianya manusia dihadapan Allah, namun pada sisi mana manusia itu memandang akan dunia. Banyak orang kaya yang masuk surga karena kekayaanya dan banyak pula orang yang miskin justru menjadi kufur. Setidaknya ada dua pilihan dalam hidup ini, menjadi orang miskin yang sabar atau orang kaya yang bersukur. (Sunari )

Tidak ada komentar: